Syarat-syarat masuk surga
Dalam ajaran
Islam, seseorang untuk dapat masuk surga tidaklah mudah dan hanya sedikit daari
umat Islam yang benar-benar masuk surga, dasarnya adalah sebuah hadits yang
berbunyi kira-kira: Ya Rasulullah, apakah kami semua (umat Islam) pasti masuk
surga, jawab Rasulullah: “Tidak! Sesungguhnya umatku yang masuk surga tidak
lebih banyak dari jumlah bulu onta yang dapat kamu tutupi dengan sebelah telapak
tanganmu dari seluruh bulu onta yang ada di tubuh onta tersebut!”. Dan ada lagi
Hadist yang berbunyi kira-kira: “Pada akhir jaman, umatku akan terpecah menjadi
72 (tujuh puluh dua) cabang, dan yang masuk surga hanyalah satu, yakni yang
kembali kepada Al~Qur’an dan Hadist!”, sedikit pembahasan, sesungguhnya dalam
sastra Arab, menggunakan bilangan 7 (tujuh) adalah untuk menunjukkan suatu
kenyataan “banyak”, jadi bukan jumlahnya ada 7 (tujuh) tetapi jumlahnya adalah
tidak terbilang dan banyak. Semakin besar yang tidak terbilang tersebut akan
semakin besar penggunaan bilangan 7 (tujuh) tersebut, misalnya 77 (tujuh puluh
tujuh), atau 777 (tujuh ratus tujuh puluh tujuh), dst. Kesimpulan, pada akhir
jaman, umat Islam akan terpecah belah menjadi sangat banyak, tetapi hanya 1
golongan saja dari sekian banyak pecahan yang masuk surga.
Sudah begitu:
Untuk dapat
masuk surga versi Islam, sangatlah tidak mudah. Dibutuhkan kesungguhan dan
pengorbanan yang benar-benar berat dan mendalam sepanjang hidup manusia, itupun
belum tentu bisa masuk surga, tidak cukup dengan hanya sekedar menyebut dua
kalimat syahadat, tak ada dasar Al~Qur’an dan Hadist bahwa bila seseorang
mengucapkan dua kalimat syahadat dijamin masuk surga, tetapi harus juga dengan
membuktikan keislamannya dengan menjalankan seluruh perintah Allaah S. W. T. dan
meninggalkan seluruh larangan Allaah S. W. T.. Seseorang masuk Islam dimulai
dengan menjalankan salah satu rukun Islam dan yang pertama-tama adalah
mengucapkan dua kalimat syahadat, yakni bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allaah
S. W. T. dan bersaksi bahwa Muhammad S. A. W. adalah utusan Allaah S. W. T..
Memang dalam Islam ada ayat yang berbunyi kira-kira “tiada paksaan dalam Islam
atau menjadi Islam”, memang benar ayat tersebut, tetapi ayat tersebut berlaku
hanya kepada orang-orang yang belum menjadi Islam, bila telah menjadi Islam,
maka menjadi kewajibannya untuk menjalankan segala hukum dan syariat Islam tanpa
dipilih-pilih mana yang berat atau mana yang ringan atau memilih-milih mana yang
disukai dan meninggalkan mana yang tidak disukai, sesuai dengan ayat yang
kira-kira berbunyi “Jadilah Islam seluruhnya atau sempurna”. Dalam menjalankan
ibadah, manusia diuji keimanannya oleh Allaah S. W. T. untuk diketahui mana yang
emas mana yang suasa, sebagaimana ayat Al~Qur’an yang berbunyi kira-kira: “Tidak
Kami terima pernyataan iman seseorang sebelum kami uji dengan sungguh-sungguh
sebagaimana orang-orang yang terdahulu di uji”, memang ada ayat yang berbunyi
kira-kira “tuhan tidak akan menguji hambanya melebihi kemampuan hambanya”,
sehingga banyak umat Islam yang enggan menjalankan hukum dan syariat Islam
dengan anggapan bahwa dirinya tidak sanggup dalam menjalankannya dengan anggapan
bahwa dia tidak sanggup menjalankan ujian keimanan dari Allaah S. W. T., padahal
seharusnya sebagai umat Islam, yang ada adalah Sami’na wa Ato’na, alias “saya
dengar dan saya jalankan” segala perintah Allaah S. W. T. dengan sepenuh dayanya
sampai benar-benar ternyata dia tidak mampu lagi untuk menjalankannya, dan
Allaah S. W. T. tahu benar kemampuan hambanya tetapi hambanya boleh dikata sama
sekali tidak tahu akan kemampuannya, apa lagi belum mencoba untuk menjalankan
ujian tersebut hingga ke ujungnya.
Akibat dari
pernyataannya dengan mengucapkan dua kalimat Syahadat, maka menjadi kewajiban
bagi umat Islam tersebut untuk menjalankan Rukun Islam yang lain, yakni, sholat
lima waktu, membayar zakat maal, puasa di bulan Romadhan dan naik haji bila
mampu, semuanya tingkatnya sesuai dengan urutannya, selain itu ada Rukun Iman,
yakni iman kepada Allaah S. W. T. dimana Dia adalah Maha segala-galanya, dan
hanya kepada Dia kita meminta dan berlindung serta memohon, tidak kepada “orang
pintar”, kepada jin, kepada kuburan orang-orang yang besar di masa lalu, tidak
pula kepada yang lainnya, termasuk segala sesuatu yang berbau duniawi. Rukun
Iman yang kedua adalah percaya adanya malaikat yang mana mereka memiliki tugas
dan wewenang masing-masing dari Allaah S. W. T. untuk membantu Allaah S. W. T.
dalam mengelola Dunia dan Akhirat ciptaanNya, disini bukan menunjukkan bahwa
Allaah S. W. T. itu lemah dan tidak berdaya tanpa bantuan para malaikat, tetapi
disini menunjukkan kepada manusia bahwa segala sesuatunya itu perlu proses dan
organisasi, rukun Iman yang ke tiga adalah pecaya kepada kitab-kitab suci dimana
tertera segala aturan, perintah dan larangan dari Allaah S. W. T., rukun Iman
yang ke empat adalah percaya kepada Rasul-rasulnya, yakni orang-orang pilihan
Allaah S. W. T. untuk menyampaikan segala aturan, perintah dan laranganNya
kepada umat manusia, rukun Iman yang ke lima, yakni percaya kepada hari akhirat
dimana setiap mahluk hidup mempertanggung-jawabkan segala amal perbuatannya di
dunia ini, jadi umat Islam tidak bisa berbuat semau-maunya karena harus
dipertanggung-jawabkan kelak di akhirat kepada Allaah S. W. T. dan yang terakhir
percaya kepada Qodlo dan Qodarnya, yakni bila telah berusaha dengan
sungguh-sungguh dengan mengerahkan segala daya yang dimilikinya, tetapi hasilnya
adalah yang telah dicapainya, maka dia menerima takdirnya yang telah terjadi
tersebut.
Hal lain,
dalam beribadah, umat Islam diharuskan hanya karena “segan” dan cinta kepada
Allaah S. W. T. dan dihati harus bersih dari pamrih atau keinginan-keinginan
lainnya selain memperoleh ridho Allaah S. W. T., baik itu ibadah khas atau
ibadah yang telah ditentukan seperti sholat, puasa, zakat, dll, juga
ibadah-ibadah lainnya seperti makan, minum, bersetubuh dengan suami atau istri
yang sah, belajar, mencari nafkah, melahirkan, dll. Masih ada hal lain yang
perlu diperhatikan dalam melakukan amal ibadah tersebut, seperti niatnya,
tata-caranya.
Semua hal
tersebut haruslah dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh dengan pengorbanan
sepanjang hidupnya, dan menjalankan keseluruhan aturan, perintah dan larangan
secara keseluruhan, tanpa cacat, bila ada cacat sedikit saja, jangan berharap
masuk surga, masih ada hal lain, misalnya jangan dendam, syirik atau minta
pertolongan dan perlindungan selain kepada Allaah S. W. T., jangan ujub,
takabur, sombong, dll. Harus jujur, rendah hati, ramah tamah, penyayang, dll.
Ada jalan
untuk meringankan beban yang berat dalam menjalan ajaran Islam yang sangat berat
tersebut, yakni dengan mencintai Allaah S. W. T., tetapi sayangnya kita tidak
pernah tahu kapan datangnya cinta dan kapan perginya cinta serta bagaimana wujud
dari cinta tersebut. Kita tidak bisa mulut kita berkata
cinta tetapi hati kita berkata tidak cinta. Bila kita mencintai sesuatu, kita
akan selalu berusaha untuk menyenangkan hati yang kita cintai dan berusaha untuk
menjalankan apa-apa yang menjadi kehendak dari yang kita cintai demi untuk
memperoleh cinta dari yang kita cintai. Dalam usaha kita membuktikan bahwa kita
mencintai Allaah S. W. T., maka kita harus menjalankan apa-apa yang tertulis di
tulisan saya di atas, karena itu telah menjadi kehendak Allaah S. W. T. bila
kita mencintai Dia, dan bila kita benar-benar mencitai Dia, maka apa-apa yang
saya tulis di tulisan saya di atas akan terasa sangat ringan untuk dijalankan.
Masuk surga versi
Islam tidak semudah masuk surga versi Kristen/yahudi/israel, dimana seseorang
cukup mengakui bahwa dosanya (dosa warisan yang berasal dari Adam dan hawa makan
buah pengetahuan) ditebus dengan disalibkannya dan matinya yesus di tiang salib,
semua umat kristen/yahudi/israel dengan cuma-cuma alias gratis masuk surga tanpa
perlu melakukan apapun sepanjang hidupnya, sekalipun dia sepanjang hidupnya
berzina, membunuh, memperkosa, mencuri, menipu, merampok, memeras, memfitnah,
dll. Sudah begitu, tukang peras/penjahat dan pelacur paling duluan masuk surga
sedangkan Yesus setelah mati di tiang salib naik ke langit langsung turun atau
masuk neraka yang paling buruk dan kejam, yakni nereka Hades (semuanya ada ayat
injilnya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar